Panduan Kesehatan
()
IDENG
Logo
~dummy~

Panduan Kesehatan

Panduan Penanganan Diabetes
Diabetes melitus atau yang biasa dikenal masyarakat dengan penyakit kencing manis merupakan penyakit yang disebabkan karena kadar gula darah tubuh melebihi batas normal.
Diabetes melitus terdiri dari 3 tipe yakni:
• Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena adanya kerusakan pada sel beta pankreas sehingga tidak dapat memproduksi insulin
• Diabetes melitus tipe 2 disebabkan sel tubuh tidak dapat menggunakan insulin sehingga gula darah tidak bisa digunakan untuk menghasilkan energi
• Diabetes melitus gestasional terjadi pada wanita hamil yang tidak memiliki riwayat diabetes

Penyebab diabetes melitus bisa terjadi karena faktor keturunan dan pola hidup yang tidak sehat. Gejala diabetes melitus yang secara umum terjadi adalah:
1. Polifagi (banyak makan)
2. Poliuri (banyak berkemih)
3. Polidipsi (banyak minum)
alt text
Resistensi Insulin
Insulin ialah hormon yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk merubah glukosa (gula darah) menjadi glikogen. Resistensi insulin adalah suatu kondisi saat tubuh tidak merespon hormon insulin, sehingga kadar gula darah tinggi. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 dapat menjadi faktor risiko kanker. Pada saat kadar gula darah masih tinggi, tubuh akan memberikan sinyal kepada pankreas untuk terus melepaskan insulin. Sel β pankreas akan melepaskan hormon insulin ketika kadar gula darah seseorang naik, misalnya setelah makan. Hormon insulin kemudian akan berikatan dengan reseptor insulin di permukaan luar sel. Pelepasan insulin diikuti juga pelepasan IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1) yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Oleh karena itu, dibutuhkan juga terapi yang dapat meregulasi IGF-1 agar tidak mencetuskan kanker.

Peradangan kronis juga dapat terjadi pada pasien diabetes melitus yang menyebabkan meningkatnya radikal bebas dalam bentuk ROS (Reactive Oxygen Species) dan RNS (Reactive Nirogen Species). Tingginya radikal bebas dalam tubuh mengakibatkan antioksidan tidak mampu mengimbanginya, sehingga terjadi stres oksidatif. Stres oksidatif yang berkepanjangan dapat merusak sel, jaringan, dan organ di dalam tubuh misalnya pankreas. Oleh karena itu tidak hanya kadar gula darah tinggi yang perlu diatasi pada pasien diabetes melitus, namun peradangan kronis yang terjadi juga perlu diatasi.

Terapi yang biasa diberikan pada penderita diabetes melitus adalah:
1. Obat antidiabetes oral, seperti sulfonilurea (glimepirid) dan biguanid (metformin)
2. Anti hiperglikemia suntik, seperti insulin

Cara kerja obat antidiabetes oral sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin, sementara metformin digunakan untuk menurunkan produksi glukosa hati dan meningkatkan sensitifitas terhadap insulin. Namun, obat antidiabetes oral ini dapat menimbulkan efek samping yang patut diwaspadai, yakni:
• Hipoglikemi
• Asidosis laktat
• Dispepsia
• Diare

Efek samping terapi insulin ialah:
• Hipoglikemi
• Reaksi alergi terhadap insulin

Nilai HbA1C merupakan salah satu hasil laboratorium yang digunakan dalam penegakan diagnosis diabetes melitus dan juga digunakan untuk memantau terapi pada pasien yang telah terdiagnosis diabetes melitus.

Tabel berikut menunjukkan nilai HbA1C.
alt text
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai HbA1C (menaikkan atau menurunkan), yaitu:
• Gagal ginjal, gangguan hati, atau anemia berat
• Pengaruh obat (opioid dan obat HIV)
• Tipe hemoglobin yang kurang umum yang dimiliki ras Afrika, Mediterania, atau Asia Tenggara dan orang-orang dengan kelainan darah (sickle cell anemia atau thalasemia)
• Kehilangan darah atau transfusi darah
• Kehamilan awal atau akhir

Beberapa jurnal ilmiah yang telah dipublikasi menunjukkan komponen dari produk BIOTEK FARMASI INDONESIA memiliki efek antidiabetik, antioksidan, antiinflamasi, dan antiaterosklerosis sehingga dapat membantu meringankan gejala kencing manis.

Produk DIALANCE diindikasikan secara tradisional membantu meringankan gejala kencing manis. Jurnal ilmiah menunjukkan komposisi yang ada pada produk ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1) Efek anti-diabetik
2) Efek antioksidan
3) Efek anti-inflamasi
4) Efek regulasi ke EGF dan IGF-1 yang memiliki efek anti-kanker

Beberapa keunggulan di atas memberikan BENEFIT bagi pengguna, yaitu:
1) Membantu menormalkan kadar gula darah tubuh
2) Membantu mengatasi kerusakan sel hati akibat radikal bebas
3) Membantu mengatasi inflamasi/peradangan
4) Membantu mengatasi pertumbuhan sel kanker

Dosis yang dianjurkan berdasarkan nilai HbA1C:
alt text
Produk DIALANCE dari BIOTEK FARMASI INDONESIA ialah produk originator, bukan meniru yang sudah ada. Produk ini dikembangkan berdasarkan penelitian selama bertahun-tahun. Klik halaman Produk untuk informasi lebih lanjut.

REFERENSI
[1] S. F. Oon, M. Nallappan, T. T. Tee, S. Shohaimi, N. K. Kassim, M. S. F. Sa’ariwijaya and Y. H. Cheah, "Xanthorrhizol: a review of its pharmacological activities and anticancer properties," Cancer Cell International, pp. 1, 13, 2015.

[2] H. Itokawa, Q. Shi, T. Akiyama, S. L. Morris-Natschke and K.-H. Lee, "Recent advances in the investigation of curcuminoids," Chinese Medicine, vol. 3, pp. 1, 10-11, 2008.

[3] F. I. Hassan and A. A. MFadzilah, "Anti-Diabetic Effect Of Curcuma Xanthorrhiza On Adipogenesis Of 3t3-L1 Preadipocyte," Regenerative Research, vol. 3, p. 107, 2014.

[4] A. M. Mahmoud, R. J. H. Bautista, M. A. Sandhu and O. E. Hussein, "Beneficial Effects of Citrus Flavonoids on Cardiovascular and Metabolic Health," Oxidative Medicine and Cellular Longevity, pp. 1, 11-12, 2019.

[5] G. R. Gandhi, A. B. S. Vasconcelos, D.-T. Wu, H.-B. Li, P. J. Antony, H. Li, F. Geng, R. Q. Gurgel, N. Narain and R.-Y. Gan, "Citrus Flavonoids as Promising Phytochemicals Targeting Diabetes and Related Complications: A Systematic Review of In Vitro and In Vivo Studies," Nutrients, p. 1, 2020.

[6] M. Iman, S. A. Moallem and A. Barahoyee, "Effect of Apple Cider Vinegar on Blood Glucose Level in Diabetic Mice," Pharmaceutical Sciences, vol. 20, pp. 163, 167, 2015.

[7] D. Ousaaid, H. Laaroussi, M. Bakour, A. ElGhouizi, A. Aboulghazi, B. Lyoussi and I. ElArabi, "Beneficial Effects of Apple Vinegar on Hyperglycemia and Hyperlipidemia in Hypercaloric-Fed Rats," Journal of Diabetes Research, p. 5, 2020.

[8] S. Kausar, A. Humayun, Z. Ahmed, M. A. Abbas and A. Tahir, "Effect of Apple Cider Vinegar on Glycemic Control, Hyperlipidemia and Control on Body Weight in Type 2 Diabetes Patients," International Journal of Medical Research & Health Sciences,, vol. 8, no. 5, p. 70, 2019.

[9] P. Zenga, J. Lib, Y. Chenc and L. Zhanga, "The structures and biological functions of polysaccharides from traditional Chinese herbs," Progress in Molecular Biology and Translational Science, vol. 163, p. 437, 2019.

[10] X. Niu, J. Zhang, C. Ling, M. Bai, Y. Peng, S. Sun, Y. Li and Z. Zhang, "Polysaccharide From Angelica Sinensis Protects H9c2 Cells Against Oxidative Injury and Endoplasmic Reticulum Stress By Activating The ATF6 Pathway," Journal of International Medical Research, vol. 46, no. 5, pp. 1717-1718, 2018.

[11] Yanqiu Xia Liji Jin, Bin Zhang a, Hongyu Xue, Qiujuan Li, Yongping Xu, "The
Potentiation Of Curcumin On Insulin-Like Growth Factor-1 Action In MCF-7 Human Breast Carcinoma Cells," Life Sciences vol 80, 2161–2169, 2007.
Panduan Penanganan Gangguan Ginjal
Ginjal berfungsi untuk mempertahan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia. Ginjal manusia terdiri dari dua buah, masing-masing terletak pada sebelah kanan dan kiri dari tulang belakang.

Fungsi ginjal yang utama adalah:
1. Filtrasi (menyaring)
2. Reabsorbsi (penyerapan kembali)
3. Ekskresi (membuang)
4. Metabolisme glukosa dan pembentukan hormon.

alt text
Gangguan ginjal ialah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal sehingga menyebabkan fungsi penyaringan dan pembuangan zat-zat oleh ginjal menjadi terganggu. Gejala gangguan ginjal secara umum ialah adanya penurunan volume urine, perubahan warna urine, nyeri saat berkemih, nyeri di bagian belakang perut yang dapat menjalar ke kaki, dan pembengkakan di tungkai.

Gangguan ginjal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Gangguan ginjal akut dimana penurunan fungsi ginjal terjadi secara mendadak
2. Gangguan ginjal kronis dimana penurunan fungsi ginjal terjadi secara bertahap lebih dari 3 bulan

Salah satu fungsi ginjal adalah untuk melakukan penyaringan terhadap sisa-sisa metabolisme dalam tubuh. Jika terjadi penurunan fungsi ginjal pada kondisi tertentu, ginjal tidak dapat melakukan penyaringan secara optimal. Salah satu penegakan diagnosis pada pasien gagal ginjal dapat merujuk pada nilai GFR (Glomerular Filtration Rate).

GFR (Glomerular Filtration Rate) atau LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) merupakan laju rata-rata kemampuan ginjal untuk melakukan penyaringan. Pengukuran GFR biasanya dihitung dengan eGFR (estimated Glomelurus Filtration Rate) atau eLFG (estimasi Laju Filtrasi Glomerulus) yang berdasar pada kreatinin dalam darah, usia, dan jenis kelamin. Menurut CKDIGO (Chronic Kidney Disease Improving Global Outcomes), berikut ini stadium pada gagal ginjal kronis berdasar nilai LFG:

alt text
Kerusakan pada ginjal disebabkan karena peradangan kronis yang dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, seperti saat ada infeksi virus atau penyakit tertentu. Peradangan kronis yang terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan peningkatan ROS (Reactive Oxygen Species) dan RNS (Reactive Nitrogen Species) yang merupakan radikal bebas. Radikal bebas yang jumlahnya banyak ini tidak dapat dinetralisir oleh antikoksidan dalam tubuh sehingga memicu terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif yang terjadi terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan pada sel ginjal, termasuk mitokondria sebagai tempat untuk memproduksi ATP (Adenosin Tri Phospate). Kurangnya jumlah ATP pada ginjal memicu terjadinya penurunan fungsi ginjal, seperti kurangnya volume urine dan sulit buang air kecil.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit ginjal kronis di antaranya:
- Anemia: disebabkan karena penurunan eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal dan penurunan ini seiring dengan penurunan laju filtrasi glomerulus
- Penyakit kardiovaskular: semua pasien penyakit ginjal kronis disarankan dipertimbangkan berada dalam risiko tinggi penyakit kardiovaskular
- Hiperkalemia: disebabkan karena ketidakmampuan ginjal untuk mengekskresikan kalium dari makanan yang masuk.
- Edema paru: kelebihan cairan terjadi karena terganggunya regulasi cairan di ginjal pada pasien penyakit ginjal kronis

Terapi pada gangguan ginjal dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi dan famakologi. Beberapa terapi nonfarmakologi yang disarankan seperti diet dan olahraga. Sementara terapi farmakologi atau terapi dengan menggunakan obat, disesuaikan dengan penyebab terjadinya gangguan ginjal, seperti:
• Sodium Bikarbonat untuk menaikkan level pH dan menurunkan keasaman pada ginjal.
• Angiotensin-converting enzyme (ACE) Inhibitor / Angiotensin II receptor blockers (ARB) untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
• Obat golongan Diuretik seperti furosemide, untuk meningkatkan ekskresi cairan dari tubuh.

Sementara untuk pasien dengan gangguan ginjal kronis tahap akhir, penanganannya dilakukan dengan dialysis (cuci darah) dan operasi transplantasi ginjal.

Beberapa produk dari BIOTEK FARMASI INDONESIA gabungan komponennya memiliki karakteristik antioksidan dan dapat meningkatkan energi seluler/ATP (Adenosin Tri Phosphate) di ginjal yang dapat membantu membantu memelihara fungsi ginjal, sehingga membantu melancarkan buang air kecil. Produk dari Biotek Farmasi Indonesia merupakan produk originator, bukan meniru yang sudah ada. Produk ini dikembangkan berdasarkan penelitian selama bertahun-tahun.

BIOTEK FARMASI INDONESIA memiliki produk K-FIX dapat membantu melancarkan buang air kecil. Jurnal ilmiah menunjukkan komposisi yang ada pada produk ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1) Meningkatkan energi seluler/ATP (Adenosin Tri Phosphate) di sel ginjal
2) Memiliki antioksidan yang dapat mengurangi stres oksidatif

Beberapa keunggulan di atas memberikan benefit/keuntungan bagi pengguna, yaitu:
1) Membantu memperbaiki fungsi ginjal
2) Membantu menghambat kerusakan sel ginjal

Dosis K-FIX yang dianjurkan berdasarkan nilai LFG adalah:
alt text
Produk K-FIX ialah produk originator, bukan meniru yang sudah ada. Produk ini dikembangkan berdasarkan penelitian selama bertahun-tahun. Informasi lebih lengkap tentang produk dapat dilihat pada menu produk.

REFERENSI
[1] S. Zhu, R. H. Aspera-Werz, T. Chen, W. Weng, B. Braun, T. Histing and A. K. Nüssler, "Maqui Berry Extract Prevents Cigarette Smoke Induced Oxidative Stress In Human Osteoblasts In Vitro," EXCLI Journal, p. 1, 2020.
[2] C. L. C´espedes-Acu˜na, J. Xiaob, Z.-J. Weic, L. Chend, J. M. Bastiase, J. G. Avilaf, J. Alarcon-Enosa and E. W.-N. a. I. Kubo, "Antioxidant and anti-inflammatory effects of extracts from Maqui berry Aristotelia chilensis in human colon cancer cells," Journal of Berry Research, p. 275, 2018.
[3] Z. Lu, Y. Zhong, W. Liu, L. Xiang and Y. Deng, "The Efficacy and Mechanism of Chinese Herbal Medicine on Diabetic Kidney Disease," Journal of Diabetes Research, p. 8, 2019.
[4] T. S. Laasya, S. Thakur, R. Poduri and G. Joshi, "Current insights toward kidney injury: Decrypting the dual role and mechanism involved of herbal drugs in inducing kidney injury and its treatment," Current Research in Biotechnology, p. 168, 2020.
[5] L. S. Wieland, V. Piechotta, T. Feinberg, E. Ludeman, B. Hutton, S. Kanji, D. Seely and C. Garritty, "Elderberry for prevention and treatment of viral respiratory illnesses: a systematic review," BMC Complementary Medicine and Therapies, pp. 1-2, 2021.
[6] G. T. T. Ho, HelleWangensteen and H. Barsett, "Elderberry and Elderflower Extracts, Phenolic Compounds, and Metabolites and Their Effect on Complement, RAW264.7 Macrophages and Dendritic Cells," International Journal of Molecule Science, pp. 1-2, 2017.
[7] A. B. Howell, "Bioactive compounds in cranberries and their role in prevention of urinary tract infections," Molecular Nutrition & Food Research, vol. 51, p. 732, 2007.
[8] R. G. Jepson, G. W. and J. C. Craig, "Cranberries for preventing urinary tract infections," The Cochrane Collaboration, p. 2, 2014.
[9] D. G. d. Llano, M. V. Moreno-Arribas and B. Bartolomé, "Cranberry Polyphenols and Prevention against Urinary Tract Infections: Relevant Considerations," Molecules, p. 1, 2020.
[10] R. P. Feliciano, C. G. Krueger and J. D. Reed, "Methods to determine effects of cranberry proanthocyanidins on extraintestinal infections: Relevance for urinary tract health," Molecular Nutrition & Food Research, pp. 1292, 1300, 2015.
[11] H.-I. Chou, K.-S. Chen, H.-C. Wang and W.-M. Lee, "Effects of cranberry extract on prevention of urinary tract infection in dogs and on adhesion of Escherichia coli to Madin-Darby canine kidney cells," AJVR, vol. 77, pp. 421, 426, 2015.
[12] A. P. S. Caldas, O. G. L. Coelho and J. Bressan, "Cranberry antioxidant power on oxidative stress, inflammation and mitochondrial damage," International Journal Of Food Properties, vol. 21, p. 1, 2018.
Panduan Penanganan Autoimun
Gangguan autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Hal ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan tubuh yang sehat dan benda asing yang berbahaya bagi tubuh. Beberapa penyakit autoimun hanya menargetkan satu organ, contohnya seperti Diabetes tipe 1 yang merusak pankreas.
alt text
Penyakit lain, seperti Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau yang biasa dikenal masyarakat sebagai penyakit 1000 wajah adalah penyakit autoimun kompleks yang ditandai dengan pembentukan autoantibodi yang menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat sehingga menimbulkan peradangan hebat, ditambah dengan gejala klinis lainnya.
alt text
Pembentukan autoantibodi berkaitan dengan adanya pelepasan NF-ĸB (Nuclear Factor- Kappa Beta) yang merupakan suatu faktor transkripsi yang berperan penting dalam regulasi sistem imun dan proses inflamasi. Aktivasi NF-ĸB merupakan respon biologis normal tubuh sebagai pertahanan dari berbagai rangsangan yang membahayakan tubuh. Adanya aktivasi dari NF-kB akan membentuk keseimbangan sistem imun.

Pada kondisi tertentu jika terjadi aktivasi berlebih dari NF-ĸB akan menyebabkan ketidakseimbangan sistem imun dalam merespon. Ketidakseimbangan ini juga menyebabkan aktivasi dari mediator inflamasi, seperti sitokin. Sitokin seperti TNFα (Tumor Necrosis Factor alpha) dan IL-6 (Interleukin 6) yang berlebihan akan menyebabkan peradangan hebat bahkan pada organ yang sehat, oleh karena itu LES dapat mempengaruhi hampir seluruh organ seperti sendi, kulit, otak, mata, endokrin, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah.

Gejala awal dari penyakit ini sangat beragam dan sering sekali mirip dengan penyakit lain, sehingga cukup sulit untuk dideteksi sedini mungkin. Gejala LES dapat berkembang secara tiba-tiba atau dapat bertahan lama sebelum akhirnya kambuh lagi.
alt text
Gejala dari penyakit LES yang sering muncul adalah:
• Demam
• Merasa letih
• Pendarahan yang tidak biasa
• Rambut rontok
• Anemia
• Sensitif terhadap cahaya
• Nyeri sendi
• Ruam kemerahan pada pipi dan hidung
• Jari-jari berubah pucat atau kebiruan saat dingin.

Diagnosis LES ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan CRP (C-Reactive Protein), ANA (Anti-Nuclear Antibody), RF Factor (Rheumatoid Factor), dan LED (Laju Endap Darah) diperlukan untuk membantu mendiagnosis penyakit gangguan autoimun.
alt text
Pemeriksaan laboratorium ini untuk membantu melihat adanya peradangan pada tubuh dan autoantibodi yang diproduksi secara berlebihan karena gangguan keseimbangan imun.

Tujuan terapi dari penyakit LES adalah mengurangi gejala dan melindungi organ dengan mengurangi peradangan atau aktivitas autoimun dalam tubuh. Terapi pada penyakit LES dilakukan berdasarkan derajat keparahannya (ringan, sedang dan berat).

Terapi yang lazim diberikan pada penderita LES adalah:
1. Kortikosteroid, seperti methylprednisolone, prednisone, dexamethasone.
2. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), seperti ibuprofen
3. Imunosupresan, seperti metotreksat dan siklosporin.
4. Agen Biologi, seperti tocilizumab.
5. Antimalaria, seperti hidroksiklorokuin atau klorokuin

Obat untuk terapi LES tersebut memiliki berbagai efek samping, seperti golongan steroid yang dapat menyebabkan moon face (pembengkakan pada wajah). Pemberian obat yang menekan sistem imun tubuh menyebabkan penderita LES lebih rentan terkena infeksi virus, termasuk Virus Covid-19. Oleh karena itu, penderita LES wajib menjaga kesehatan dan kontrol rutin ke dokter.

BIOTEK FARMASI INDONESIA memiliki produk REGIMUN yang diindikasikan untuk membantu memelihara daya tahan tubuh. Jurnal ilmiah menunjukkan komposisi yang ada pada produk ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1. Regulasi imun khususnya NF-kB (Nuclear Factor-kappa beta) dan TNF (Tumor Necrosis Factor) yang merupakan mediator inflamasi, berperan pada ketidakseimbangan sistem imun dalam memproduksi autoantibodi yang menyerang organ tubuh yang sehat
2. Efek anti-inflamasi

Beberapa keunggulan di atas memberikan keuntungan bagi pengguna, yaitu:
1. Membantu mengatasi kerusakan organ akibat ketidakseimbangan sistem imun
2. Membantu mengatasi inflamasi/peradangan

Dosis yang dianjurkan berdasarkan nilai ANA (Anti-Nuclear Antibodies):
alt text
Produk REGIMUN dari BIOTEK FARMASI INDONESIA ialah produk originator, bukan meniru yang sudah ada. Produk ini dikembangkan berdasarkan penelitian selama bertahun-tahun.

Klik halaman Produk untuk informasi lebih lanjut.

REFERENSI

[1] S. Zhu, R. H. Aspera-Werz, T. Chen, W. Weng, B. Braun, T. Histing and A. K. Nüssler, "Maqui Berry Extract Prevents Cigarette Smoke Induced Oxidative Stress In Human Osteoblasts In Vitro," EXCLI Journal, vol. 20, pp. 281, 291, 2021.

[2] C. L. C´espedes-Acu˜na, J. Xiao, Z.-J. Wei, L. Chend, J. M. Bastias, J. G. Avila, J. Alarcon-Enos, E. Werner-Navarrete and I. Kubog, "Antioxidant And Anti-Inflammatory Effects Of Extracts From Maqui Berry Aristotelia Chilensis In Human Colon Cancer Cells," Journal of Berry Research, vol. 8, p. 275, 2018.

[3] L. S. Wieland, V. Piechotta, T. Feinberg, E. Ludeman, B. Hutton, S. Kanji, D. Seely and C. Garritty, "Elderberry For Prevention And Treatment Of Viral Respiratory Illnesses: A Systematic Review," BMC Complementary Medicine and Therapies, vol. 21, pp. 1-2, 2021.

[4] G. T. T. Ho, HelleWangensteen and H. Barsett, "Elderberry and Elderflower Extracts, Phenolic Compounds, and Metabolites and Their Effect on Complement, RAW264.7 Macrophages and Dendritic Cells," International Journal of Molecular Sciences, vol. 18, pp. 1-2, 2017.

[5] L. Ma, Z. Sun, Y. Zeng, M. Luo and J. Yang, "Molecular Mechanism and Health Role of Functional Ingredients in Blueberry for Chronic Disease in Human Beings," International Journal of Molecular Science, vol. 19, p. 12, 2018.

[6] S. Roth, M. R. Spalinger, I. Müller, S. Lang, G. Rogler and M. Scharl, "Bilberry-Derived Anthocyanins Prevent IFN-฀-Induced Pro-Inflammatory Signalling and Cytokine Secretion In Human THP-1 Monocytic," Digestion, pp. 179-180, 2014.
Panduan Penanganan COVID-19
Virus SARS-Cov-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2) merupakan materi genetik sangat kecil yang memiliki tiga komponen utama, yakni Ribonucleic acid (RNA), Protein, dan Lipid. Pada inti virus corona, terdapat pembawa informasi genetik yang disebut RNA. Untai tunggal dari RNA bertindak sebagai pesan molekuler yang memungkinkan produksi protein yang dibutuhkan untuk elemen lain dari virus. Nukleoprotein adalah protein yang terikat pada rangkaian RNA yang membantu memberikan struktur virus dan memungkinkannya untuk bereplikasi. Spike protein Corona bertindak seperti magnet yang memungkinkan virus menempel pada sel inang dan membukanya untuk infeksi. Seperti semua virus, Virus Corona tidak dapat berkembang dan bereproduksi di luar inang yang hidup.
alt text
Virus Corona akan masuk ke tubuh melalui hidung dan mulut. Virus Corona yang menyerang pernafasan ditularkan melalui droplet saat seseorang sedang berbicara, bersin, dan batuk. Gejala dari Virus Corona yang paling sering terjadi adalah demam, batuk kering, kelelahan, diare, ruam pada kulit, hilangnya indra perasa dan penciuman, serta kesulitan bernafas.

Terjadinya COVID-19 yang diawali dari masuknya Virus Corona ke sel tubuh terdiri dari beberapa tahap yang melibatkan enzim ACE2 dan TMPRSS2. Virus Corona yang masuk ke dalam tubuh berikatan dengan reseptor Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE2) dan akan diaktivasi oleh TMPRSS2 (Transmembran Protease Serin 2). Virus Corona yang telah berikatan dengan reseptor ACE2 akan masuk ke dalam sel, melakukan replikasi RNA sehingga jumlahnya semakin banyak.
alt text
Virus Corona yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan respon imun tubuh dan menimbulkan peradangan. Peradangan dapat memicu terbentuknya radiakal bebas, seperti dalam bentuk Reactive Oxygen Species (ROS), Reactive Nitrogen Species (RNS). Di dalam tubuh sebenarnya terdapat antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Namun pada kondisi tertentu antioksidan di dalam tubuh tidak dapat mengimbangi jumlah radikal bebas, sehingga terjadilah stress oksidatif. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan sel termasuk mitokondria.

alt text
Mitokondria adalah bagian dari sel yang berfungsi sebagai penghasil energi dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phospate). Hal inilah yang menyebabkan pasien yang terinfeksi Virus Corona merasa lemas. Peradangan yang terjadi akibat infeksi Virus Corona juga dapat menjadi sangat berat akibat terjadinya Badai Sitokin yang bila berlanjut dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh sehingga menimbulkan gejala seperti sesak nafas, hilang penciuman, penggumpalan darah serta dapat berlanjut menyebabkan kerusakan pada multiorgan seperti paru, saluran cerna, otak, jantung, hati, ginjal, mata.

Terapi yang lazim diberikan pada pasien COVID-19 :
1. Terapi simptomatik atau sesuai dengan gejala yang dialami, misal jika mengalami demam, maka diberikan obat antipiretik (penurun demam) seperti paracetamol
2. Antiviral, seperti remdesivir dan favipiravir yang berfungsi menghambat replikasi virus (memperbanyak diri dalam sel manusia). Antiviral tidak dapat menghambat masuknya virus ke dalam sel.
3. Antioksidan, seperti vitamin C, D, E, dan Zinc agar tidak terjadi kerusakan sel
4. Anti-inflamasi, imunosupresan seperti steroid untuk mengatasi inflamasi serta menekan badai sitokin
5. Antibiotik, seperti Azitromycin untuk mengatasi infeksi sekunder bakteri

Penggunaan antiinflamasi seperti steroid jika digunakan dalam jangka panjang, dapat menekan HPA axis (Hipotalamus Pituitary Adrenal) sehingga menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan termasuk menekan imun tubuh.

Penggunaan antioksidan pada pasien covid-19 bermanfaat mengatasi stres oksidatif. Perlu diketahui bahwa antioksidan memiliki potensi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini digunakan tolak ukur ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity) untuk mengetahui seberapa banyak antioksidan yang dapat diserap tubuh. Semakin tinggi nilai ORAC, semakin bagus potensi suatu antioksidan. Salah satu buah yang memiliki nilai ORAC yang tinggi adalah Maqui berry (Aristotelia Chilensis) dengan nilai ORAC 10.000-25.000 μmol TE/100 g fw. 1 tablet vitamin C 1.000 mg bernilai maksimal 100 ORAC, sedangkan 1 kapsul VIRADEF bernilai 10.000 ORAC. Antioksidan seperti vitamin C tidak boleh digunakan berlebihan karena berpotensi menimbulkan kristal oksalat dalam bentuk batu ginjal.

Perlu diingat bahwa Antiviral yang ada di pasaran tidak dapat menghambat virus untuk masuk ke dalam sel, melainkan bekerja untuk menghambat replikasi virus setelah virus sudah masuk ke dalam sel. Sementara itu, produk VIRADEF dari BIOTEK FARMASI INDONESIA dapat membantu menghambat infeksi virus masuk ke dalam tubuh.

Produk VIRADEF diindikasikan untuk membantu menjaga kebugaran tubuh. Jurnal ilmiah menunjukkan komposisi yang ada pada produk ini memiliki beberapa FITUR atau karakteristik, yaitu:
1) Menghambat TMPRSS2 yang mengaktivasi Virus Corona masuk ke dalam tubuh
2) Memiliki antioksidan yang dapat mengurangi stres oksidatif
3) Memiliki efek anti-inflamasi
4) Meningkatkan energi seluler/ATP (Adenosin Tri Phosphate) dan meningkatkan kekuatan otot

Beberapa FITUR di atas memberikan BENEFIT atau keuntungan bagi pengguna, yaitu:
1) Membantu menghambat infeksi virus masuk ke tubuh
2) Membantu menghambat kerusakan sel, jaringan, dan organ tubuh
3) Membantu mengatasi inflamasi/peradangan akibat badai sitokin
4) Membantu meningkatkan energi yang hilang akibat infeksi virus

Dosis VIRADEF yang dianjurkan:
alt text
Produk VIRADEF dari Biotek Farmasi Indonesia ialah produk originator, bukan meniru yang sudah ada. Produk ini dikembangkan berdasarkan penelitian selama bertahun-tahun.

Klik halaman Produk untuk informasi lebih lanjut.

REFERENSI :
[1] A. Tsoupras, D. Moran, T. Byrne, J. Ryan, L. Barrett, C. Traas and I. Zabetakis, "Anti-Inflammatory and Anti-Platelet Properties of Lipid Bioactives from Apple Cider By-Products," MPDI, vol. 26, pp. 1-2, 2021.

[2] M. Jahantigh, H. Kalantari, S. A. Davari and D. Saadati, "Effects of dietary vinegar on performance, immune response and small intestine histomorphology in 1- to 28-day broiler chickens," Veterinary Medicine and Science, vol. 7, pp. 766-767, 771, 2020.

[3] H. A. Motlagh, A. Javadmanesh and O. Safari, "Improvement of non-specific immunity, growth, and activity of digestive enzymes in Carassius auratus as a result of apple cider vinegar administration to diet," Fish Physiol Biochem, p. 1, 2020.

[4] R. W. J. K. Dhanjal, V. Kumar, S. C. Kaul and D. Sundar, "Why Ashwagandha for Prevention and Treatment of COVID-19?," Applied Microbiology, vol. 3, no. 3, pp. 1-2, 2020.

[5] P. Shree, P. Mishra, C. Selvara, S. K. Singh, R. Chaube, N. Garg and Y. B. Tripathi, "Targeting COVID-19 (SARS-CoV-2) main protease through active phytochemicals of ayurvedic medicinal plants – Withania somnifera (Ashwagandha), Tinospora cordifolia (Giloy) and Ocimum sanctum (Tulsi) – a molecular docking study," JOURNAL OF BIOMOLECULAR STRUCTURE AND DYNAMICS, p. 3, 2020.

[6] M. K. Tripathia, P. Singh, S. Sharma, T. P. Singh, A. S. Ethayathulla and P. Kaur, "Identification of bioactive molecule from Withania somnifera (Ashwagandha) as SARS-CoV-2 main protease inhibitor," JOURNAL OF BIOMOLECULAR STRUCTURE AND DYNAMICS, pp. 1-2, 2020.

[7] S. Wankhede, D. Langade, K. Joshi, S. R. Sinha and S. Bhattacharyya, "Examining the effect of Withania somnifera supplementation on muscle strength and recovery: a randomized controlled trial," Journal of the International Society of Sports Nutrition, pp. 1-11, 2015.

[8] S. Vidyashankara, O. Thiyagarajana, R. S. Varmaa, L. S. Kumarb, U. V. Babub and P. S. Patkic, "Ashwagandha (Withania somnifera) supercritical CO2 extract derived withanolides mitigates Bisphenol A induced mitochondrial toxicity in HepG2 cells," Toxicology Reports, pp. 1004-1005, 2014.

[9] M. Dhawan, M. Parmar, K. Sharun, R. Tiwari, M. Bilal and K. Dhama, "Medicinal and therapeutic potential of withanolides from Withania somnifera against COVID-19," Journal of Applied Pharmaceutical Science, vol. 11, no. 4, pp. 006-011, 2021.

[10] A. B. Kunnumakkara, V. Rana, D. Parama, K. Banik, S. Girisa, H. Sahu, K. K. Thakur, U. Dutta, P. Garodia3, S. C. Gupta and B. B. Aggarwal, "COVID-19, Cytokines, Inflammation, and Spices: How are They Related?," Life Sciences, 2020.

[11] R. Grzanna, L. Lindmark and a. C. G. Frondoza, "Ginger—An Herbal Medicinal Product with Broad Anti-Inflammatory Actions," JOURNAL OF MEDICINAL FOOD, vol. 8, no. 2, p. 130, 2005.
~dummy~
~dummy~
Hubungi kami disini untuk berbicara dengan layanan pelanggan kami
(+6221) 2124 1300
/
(+6221) 2124 0000
Logo
Copyright © 2022 - PT Biotek Farmasi Indonesia.
All Rights Reserved
Contact Information
Jl. Cempaka Putih Tengah I No. 3A, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10510
[email protected]+6285952680470
Copyright © 2022 - PT Biotek Farmasi Indonesia.
All Rights Reserved